Tragedi Bhopal
Pabrik tersebut dibuka pada
1969 dan diperluas untuk menghasilkan karbaril pada 1979. MIC merupakan perantara dalam pemhasilan karbaril.
Kecelakaan
ini langsung menewaskan ribuan jiwa dan melukai antara 150.000 hingga
600.000 lainnya—15.000 di antaranya kemudian meninggal dari luka-luka
tersebut. Ada yang menyebutkan jumlah kematian yang lebih tinggi.
Penyebabnya
adalah dimasukkannya air ke dalam tangki-tangki berisi MIC. Reaksi yang
kemudian terjadi menghasilkan banyak gas beracun dan memaksa
pengeluaran tekanan secara darurat. Gasnya keluar sementara penggosok
kimia yang seharusnya menetralisir gas tersebut sedang dimatikan untuk
perbaikan. Penyelidikan yang dilakukan menyatakan bahwa beberapa langkah
keselamatan lainnya tidak dijalankan dan standar operasi di pabrik
tersebut tidak sesuai dengan standar di pabrik Union Carbide
lainnya. Selain itu, ada kemungkinan langkah-langkah keselamatan
tersebut dibiarkan sebagai bagian dari "prosedur penghematan" yang
dilakukan perusahaan tersebut di pabrik itu.
25 TAHUN TRAGEDI BHOPAL Setengah Juta Warga India Minum Air Beracun
Tepat
25 tahun yang lalu, tangki penyimpanan gas pabrik pestisida di Bhopal,
India, bocor. Ini menyebabkan 27 ton gas methyl isocyanate lepas ke
udara. Situs The History Channel
yang dilansir vivanews.com mengungkapkan, bahwa gas beracun dari pabrik
Union Carbide tersebut naik ke langit, membentuk kumpulan awan yang
menyelimuti kota Bhopal. Lebih dari 3.000 warga tewas akibat menghirup
gas beracun. Selain itu, 50.000 lainnya dirawat karena mengalami
keracunan.
Tragedi
Bhopal merupakan salah satu insiden industri paling mematikan di dunia.
Lebih dari 500.000 penduduk terkena dampak gas beracun. 120.000 Di
antaranya bahkan menderita berbagai penyakit, seperti kebutaan,
kesulitan bernafas, serta kerusakan ginjal dan hati. Pemerintah India
segera menutup pabrik Union Carbide tidak lama
setelah insiden dan menahan tiga petingginya. Pada tahun 1989, Union
Carbide membayar 470 miliar dolar AS kepada pemerintah India sebagai
dana kompensasi insiden.
Pada Oktober 2004, Mahkamah Agung India menyetujui rencana kompensasi yang akan membayarkan ganti rugi sebesar 350 juta dolar AS kepada lebih dari 570.000 korban bencana.
Lahir
Cacat Namun, tragedi yang sudah lewat 25 tahun itu rupanya masih
menebar maut. Gas kimia yang bocor itu meracuni 500.000 penduduk
setempat. Air yang mereka minum masih mengandung kadar racun yang tinggi
dan anak-anak mereka pun lahir cacat.
Studi
Medis Bhopal (BMA) yang berpusat di Inggris melaporkan bahwa bencana
itu masih menyisakan level toksin yang tinggi. Kandungan zat beracun carbon tetrachloride
dari air tanah di Bhopal masih 900-2.400 kali lebih tinggi dari ambang
batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia. Selain itu, kadar
chloroform dari air tanah itu dua kali lipat lebih besar dari batas
maksimal yang ditetapkan Badan Perlindungan Lingkungan Hidup AS.
“Pabrik
mengeluarkan porsi sampah beracun yang sangat besar,” ungkap Colin
Toogood Pemimpin Studi Ilmiah BMA. “Di beberapa bagian pabrik dengan
kedalaman tanah 100 meter ditemukan kadar racun mencapai 100 persen. Ada
juga area di mana kita bisa menemukan sampah merkuri di atas permukaan
tanah,” kata Toogood. Sementara itu, ratusan ribu orang lainnya
menderita penyakit kronis jangka panjang. Akibatnya, banyak anak yang
lahir 25 tahun setelah kejadian terinfeksi gas beracun.
Pengakuan Pekerja BHOPAL
BHOPAL, KOMPAS.com — TR
Chouhan berjalan melewati sisa pabrik pestisida Union Carbide yang
berkarat di Bhopal, India. "Saya sering ke sini," katanya. "Kami dulu
bekerja di sini, sekarang beginilah kondisi pabrik ini. Rasanya sangat
menyakitkan."
Chouhan
mantan pekerja pabrik itu berusia 10 tahun ketika bencana terjadi 25
tahun lalu. Tidak lama selepas tengah malam pada 3 Desember 1984, awan
gas metil melayang-layang di atmosfer Bhopal. Di luar tembok pabrik,
ketenangan warga dengan cepat menjadi kekacauan. "Semua orang mulai
berteriak, 'Ada kebocoran gas, ada kebocaran gas!' Maka kami mulai
berlari," kenang seorang warga Bhopal, Bashiran Bi, seperti dikutip CNN,
Kamis. "Saat kami melangkah ke luar rumah, tidak ada ruang di jalanan,"
kata Hamid Qureshi, saksi hidup yang lain. "Kekacauan di mana-mana.
Orang berlari ke segala arah." Dalam waktu beberapa jam saja, lebih dari
3.000 orang tewas. Ribuan lainnya tewas pada hari-hari, bulan-bulan,
dan tahun-tahun berikutnya. "Orang masih terus meninggal (akibat bencana
itu)," kata Satinath Sarangi, pengelola Sambhavna Trust Clinic. "Bulan
ini, minggu ini, seseorang bisa saja meninggal karena paparan yang
terjadi pada tahun 1984 itu, dan masih ada 100.000 orang atau lebih yang
sedang menderita sakit kronis." Klinik Sarangi melakukan kegiatan amal
dengan menyediakan perawatan dan pengobatan gratis bagi korban yang
masih hidup. Lebih dari 150 pasien datang setiap hari. Lebih dari 22.000
orang terdaftar sebagai pasien dengan perawatan jangka panjang. Sarangi
masuk ke Bhopal segera setelah bencana itu terjadi. Semula ia
memperkirakan pekerjaannya hanya untuk sekitar seminggu. Faktanya, dia
berada di sana sejak saat itu hingga kini.
Hal
yang sama dialami Abdul Jabbar yang memimpin demonstrasi publik atas
nama korban gas, tak lama setelah bencana. Dia mendampingi mereka sejak
saat itu. Jabbar merupakan kepala dari Bhopal Gas-Affected Working
Womens' Union yang anggotanya melakukan pertemuan rutin di taman publik
setiap Sabtu. Mereka menyerukan perlawanan terhadap ketidakadilan kepada
siapa saja yang mau mendengarkan. "Kami telah melakukan lebih dari
5.000 kali unjuk rasa di sini," kata Jabbar. "Kami melakukan protes
terhadap negara dan siapa saja yang terkait." Tuntutan
utama Jabbar mendorong para aktivis lain. Mereka menginginkan lebih
banyak pengobatan dan bantuan keuangan. Mereka menginginkan seseorang
yang membersihkan bekas pabrik Union Carbide yang sudah bobrok. Mereka
menginginkan seseorang dituntut secara kriminal atas bencana itu.
Korporasi Union Carbide yang berbasis di Amerika Serikat (AS) telah membayar biaya settlement sebesar
470 juta dollar AS tahun 1989. Setelah itu, korporasi tersebut
menghindar dari segala kewajiban atau tanggung jawabnya untuk
membersihkan tempat itu. Dalam sebuah pernyataan tertulis kepada CNN,
juru bicara Union Carbide, Tomm Sprick, mengatakan, "Pemahaman kami
adalah bahwa pemerintah pusat dan negara bagian India telah memiliki
rencana untuk membersihkan tempat itu dan kami berharap mereka akan
melanjutkannya dengan rencana-rencana remediasi.". Dua belas tahun
setelah bencana, Union Carbide menjadi bagian dari Dow Chemical
Corporation. Dow juga menolak permintaan untuk membersihkan situs
Bhopal. "Faktanya, Dow tidak pernah memiliki atau mengoperasikan
fasilitas di Bhopal," tulis juru bicara Dow, Scot Wheeler, dalam sebuah
pernyataan yang dikirim ke CNN.
Kembali
ke lahan pabrik itu, Chouhan menunjuk ke arah rawa. "Ini merupakan
tempat pembuangan limbah pabrik Union Carbide," ungkapnya. "Bahkan
sampai hari ini, ada banyak zat kimia di sini, yang terus-menerus
mencemari air tanah." Namun, Union Carbide dan
banyak pegawai pemerintah lokal menegaskan, tidak ada bukti meyakinkan
tentang air tanah yang tercemar. Namun, Chouhan tidak setuju. "Bau air
yang keluar dari sumur pompa warga sekitar sini sama dengan bau yang
dapat Anda rasakan saat berdiri di sini, sekarang ini." Chouhan,
sebagaimana Sarangi dan Jabbar, mengaku berkomitmen untuk memastikan
bahwa bencana itu tidak pernah dilupakan. "Jika kita tidak belajar dari
kasus ini," ia mengingatkan, "maka besok Bhopal yang lain akan terjadi." "Dengan
berlalunya waktu, kami mencoba untuk melupakan banyak hal," tambah
Jabbar. Banyak orang berpikir, kata Sarangi, bencana itu merupakan
sesuatu yang mengerikan. Namun, itu terjadi di masa lalu, dan mereka
telah dibayar dengan uang banyak. Sekarang segala sesuatunya baik-baik
saja. "Jadi, berita pertamanya adalah kita harus berhenti
(mempersoalkan), yang justru merupakan berita sedih: bencana itu masih
berlangsung."
Hampir
26 tahun setelah awan gas mematikan keluar dari sebuah pabrik pestisida
mencekik masyarakat Bhopal, India dengan asap beracun. Hari Senin
(7/06) lalu sebuah pengadilan India menyatakan delapan warga India
bersalah atas kelalaian tersebut.
Tujuh
terdakwa dikenakan denda dan hukuman maksimum dua tahun penjara,
sedangkan terdakwa kedelapan yang dituntut sudah meninggal dunia.
Pengadilan tidak menyebut menuntut Warren Anderson, warga Amerika yang
merupakan Pemimpin Perusahaan Union Carbide (UCC) dan pemilik pabrik
tersebut saat bencana itu terjadi pada tahun 1984.
Anderson
adalah salah satu dari sembilan orang yang dituduh oleh pemerintah
India pada tahun 1987. Dia melarikan diri ke Amerika Serikat dan menolak
untuk muncul di pengadilan. Upaya untuk mengekstradisi warga Amerika
itu mengalami kegagalan.
Putusan
pengadilan itu telah menimbulkan kemarahan kelompok hak asasi manusia.
Amnesty International (AI) mendesak pemerintah Amerika Serikat dan India
untuk mengambil langkah-langkah bagi keadilan semua pihak. "Kami
merasa marah dan dikhianati. Ini bukan keadilan. Ini adalah parodi
keadilan, "kata Hazra Bee dari Kampanye Internasional untuk Keadilan di
Bhopal dalam sebuah pernyataan pers. "Hukuman remeh ini adalah sebuah
tamparan bagi penderitaan para korban Bhopal," kata Bee, yang
menjanjikan bahwa korban akan menantang keputusan tersebut pada lembaga
hukum yang lebih tinggi. "Hasil Keputusan pengadilan bagi terdakwa
warga India dalam kasus ini jelas tidak cukup. Pemerintah India dan
Amerika Serikat harus memastikan bahwa terdakwa asing, termasuk UCC,
juga harus diadili," kata direktur Amnesty International bidang Isu
Global, Audrey Gaughran dalam siaran pers.
· Kelalaian
Tragedi
gas Bhopal telah dianggap sebagai bencana korporat terburuk yang pernah
ada. Pada pagi hari tanggal 3 Desember 1984, 40 ton metyl isocyanate
(MIC), suatu bahan kimia yang sangat beracun dan mudah menguap, bocor
dari wadah penyimpanan di pabrik yang dimiliki oleh Union Carbide India Limited (UCIL), anak perusahaan UCC Amerika.
Perusahaan
ini menyimpan MIC dalam jumlah yang lebih besar dari yang
direkomendasikan. Dalam upaya untuk memotong biaya, perusahaan telah
mematikan pendingin di sekitar bahan kimia, padahal bahan kimia tersebut
harus disimpan pada suhu 32 derajat Fahrenheit, demikian keterangan
dari Kampanye Internasional untuk Keadilan di Bhopal.
Gas
yang bocot tersebut dengan cepat menewaskan 7.000 hingga 10.000 orang.
Jumlah ini adalah angka menurut perhitungan Amnesty dan jumlah yang tak
terhitung lainnya yang terus bertambah.
Menurut
Bhopal Medis Banding (BMA), orang Bhopali mengalami berbagai macam
penyakit akibat dari kebocoran gas dan kontaminasi bahan kimia beracun
lain yang dikeluarkan pabrik ke air tanah. Sejumlah penyakit itu antara
lain kanker, kebutaan, kepincangan, keterbelakangan mental, kelahiran
cacat, dan kesulitan reproduksi.
· Kompensasi
UCC
ikut berpartisipasi dalam upaya bantuan cepat dan membayar biaya
penyelesaian sebesar $ 470.000.000. Dalam sebuah pernyataan, UCC
mengklaim bahwa kebocoran itu adalah hasil dari sabotase yang disengaja.
Namun menurut Kampanye Internasional untuk Keadilan di Bhopal, klaim
yang dikatakan UCC tersebut tidak pernah terbukti.
Michigan
adalah basis Dow Chemicals, yang membeli UCC pada tahun 2001.
Perusahaan ini menyangkal bertanggung jawab lebih lanjut atas kondisi
ini. Ia mengklaim semua kasus telah diselesaikan. Sebuah pernyataan di
situs Dow mengkutip sebuah sumber media India dari tahun 2006 yang
mengatakan, "Semua kasus klaim kompensasi awal oleh para korban tragedi
gas Bhopal 1984 telah diselesaikan. ... Dengan selesainya klaim
kompensasi awal dan petisi revisi, tidak ada kasus yang ditunda."
Relawan membopong korban Tragedi Bhopal, India tahun 1984
Puluhan
tahun berlalu, kasus hukum atas tragedi Bhopal yang menewaskan 15 ribu
orang lebih masih terkatung-katung. Hari ini, sebuah pengadilan India
menghukum tujuh karyawan senior mantan anak perusahaan Union Carbide di
India dengan dakwaan "kematian oleh kelalaian" untuk peran mereka dalam
tragedi gas Bhopal lebih dari seperempat abad yang lalu. Tragedi itu
merupakan bencana industri terburuk dalam sejarah dunia. Perusahaan itu,
Union Carbide India Ltd, juga dinyatakan bersalah dengan dakwaan sama.
Sayangnya, perusahaan itu tidak lagi ada. Para mantan karyawan yang
diadili, banyak dari mereka kini berusia 70-an tahun, menghadapi hukuman
dua tahun penjara. Namun hakim tak mengumumkan hukuman atas
masing-masing.
Para
korban selamat dan keluarga keluarga yang tewas, bersama dengan aktivis
hak azasi, berkumpul di kota itu dan meneriakkan slogan-slogan
mengatakan putusan itu terlalu kecil dan terlambat.
Pada
3 Desember 1984, pabrik pestisida dijalankan oleh Union Carbide bocor
dan sekitar 40 ton gas methyl isocyanate mematikan mencemari udara kota
Bhopal di India tengah, dan seketika membunuh sekitar 4.000 orang.
Pengaruh sisa-sisa racun menyebabkan korban tewashingga mencapai 15 ribu
orang selama beberapa tahun.
Aktivis
lokal bersikeras bilangan korban yang sesungguhnya hampir dua kali
lipat, dan mengatakan perusahaan dan pemerintah telah gagal untuk
membersihkan bahan kimia beracun di pabrik, yang ditutup setelah
kecelakaan itu. Proses pengadilan kasus ini berjalan sangat lamban dan
tidak efektif.
India
Central Bureau of Investigation, badan atas investigasi di negara itu,
awalnya menuduh 12 terdakwa: delapan pejabat senior perusahaan India;
Warren Anderson, kepala Union Carbide Corp pada saat gas bocor,
perusahaan itu sendiri, dan dua anak perusahaan. Tujuh dari delapan
pejabat perusahaan India divonis Senin. Yang lainnya sudah meninggal.
Anderson dan Union Carbide tidak pernah muncul di pengadilan.
Union
Carbide yang dibeli oleh Dow Chemical Co pada tahun 2001. Dow
mengatakan kasus hukum itu diselesaikan pada tahun 1989 ketika Union
Carbide diselesaikan dengan pemerintah India dengan nilai 470 juta dolar
AS, dan bahwa semua tanggung jawab untuk pabrik tersebut sekarang
terletak pada pemerintah negara bagian Madhya Pradesh, yang kini memiliki situs bekas bencana itu.
Juli
lalu, pengadilan yang sama di Bhopal telah mengeluarkan surat perintah
penangkapan atas Anderson dan juga memerintahkan pemerintah India untuk
menekan Washington untuk ekstradisi orang Amerika itu. Hakim tidak
menjelaskan mengapa Anderson atau perusahaan kimia Amerika tidak diadili
secara in absentia. Anderson ditahan sebentar segera setelah bencana
terjadi, namun ia segera meninggalkan negara itu dan sekarang tinggal di
New York.